Berdandan peluh rambut kusut
Bau keringat menyengat membahana kota
Berjalan tanpa arah tiada tujuan ter arah
Tak ada perhatian sapaan jangan tanya
Berlalu waktu membisu biru
Bermain tanah mandi kubang
Tak perduli mata siapa terpasang
Asakanl ia senang semua selesai
Satu hari berjalan tanpa hambatan
Tak ada gangguan yang menghadang
Lapar haus gerah biarlah katanya
Semua sudah tertulis nasib manusia
Jangan kau lihat tubuh bau ku
Katanya kepada dinding kampus
Seolah dinding itu menjawab
pakai lah badan ku
agar kau seperti layak nya pria tampan menggoda dara
hadiarkan puisi cinta antara dinding-dinding ku yang kian kusam
Aku memperhatikan gadis mungil itu disana
bisikan nya kepada dinding tua tak berwarna
Dia bagaikan orang "gila" berbicara sendiri
Padahal yang "gila" dia karena berbicara tanpa koma.
Dengan dinding-dinding kampus
bernuansa sambil bersiul ria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar