Rabu, 01 Juni 2011

Pusara Bunda

Seandainya senjakala berganti,
ingin sekali ku cumbu bumi-bumi mereka, menjilat sedikit ilmu yang sama sekali tidak pernah memberiku kesempatan kedua. aku ingin sekali kembali ke halaman yang pernah mengajariku berjuta ikhlas tanpa paksa, tapi terlanjur ku tinggalkan tapak-tapak kemegahan itu, terbawa arus huruf yang buta, entah salah aku, ataupun kesalahannya.


Belum juga aku temukan makna terbilang rahasia, antara-Nya dan antara keihklasan dari-Nya untuk doa-doa perempuan yang mulia. Pun surga telah di janjikan oleh-Nya untuk perempuan tua. salah aku berarti yang sampai detik ini tak bertemu jawab yang nyata, karena arus-arus hitam terus saja memanggil ku untuk menjadi manusia hina.


Pada akhir kepulangan nya aku baru sadar akan titah yang ku ke sampingkan karena ego menyulut dalam jiwa. Hidup mu karena-Nya dan pulangmu karena-Nya. Terakhir, aku kesepian nasehat lembutmu perempuan tua,dan total kehilangan jejakmu jua. sesal ku sekarang tak bermakna.

Seandainya senja kini bisa ku bangunkan lagi tidur panjangnya, engkau lah orang pertama wahai perempuan tua yang akan ku pinta kepada-Nya untuk memberikanmu nafas kedua, agar yang terdahulu pernah ku sakiti terbayar kini dengan menghapus senjakala. 


Dan senja-senja saat bibir ini membantah setiap larang baikmu, doa sehatmu, lambaiaan ikhlasmu serta merta ke tauladan yang kau bungkus rapi itu wahai perempuan tua berkerudung senja, sungguh sesal kini harus kupikul, harus kutapaki sendiri tanpa petunjuk-petunjuk yang segera melepasku untuk bisa melihatmu. walau hanya pusara. wahai perempuan tua, titah surga milikmu, walau tempat nya penuh peluh luka bernanar, tapi maha kuasa telah berjanji dalam suatu ketika, surga tetap di kaki mu wahai perempuan tua. Hadiah dari-Nya.



For my Friend.
pilo. 02.06.11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar